Anakku…
Ini surat dari ibu yang tersayat hatinya. Linangan
air mata bertetesan deras menyertai tersusunnya tulisan ini. Aku lihat
engkau lelaki yang gagah lagi matang. Sejak dokter mengabari tentang
kehamilan, aku berbahagia. Ibu-ibu sangat memahami makna ini dengan
baik. Awal kegembiraan dan sekaligus perubahan psikis dan fisik.
Sembilan bulan aku mengandungmu. Seluruh aktivitas aku jalani dengan
susah payah karena kandunganku. Meski begitu, tidak mengurangi
kebahagiaanku. Kesengsaraan yang tiada hentinya, bahkan kematian kulihat
didepan mataku saat aku melahirkanmu. Jeritan tangismu meneteskan air
mata kegembiraan kami.
Berikutnya, aku layaknya pelayan yang
tidak pernah istirahat. Kepenatanku demi kesehatanmu. Kegelisahanku demi
kebaikanmu. Harapanku hanya ingin melihat senyum sehatmu dan
permintaanmu kepada Ibu untuk membuatkan sesuatu.
Masa remaja pun
engkau masuki. Kejantananmu semakin terlihat, Aku pun berikhtiar untuk
mencarikan gadis yang akan mendampingi hidupmu. Kemudian tibalah saat
engkau menikah. Hatiku sedih atas kepergianmu, namun aku tetap bahagia
lantaran engkau menempuh hidup baru.